December 7, 2023

Buy Nothing New

Belajar memberi nilai terhadap sesuatu, seutuhnya

Pakaian Adat Kalimantan Utara

pixabay.com

Walaupun merupakan provinsi termuda yang baru saja diresmikan pada tahun 2012, namun Kalimantan Utara telah memiliki fondasi budaya yang kuat. Provinsi yang penghuninya campuran antara penduduk asli dan penduduk transmigran dari Pulau Jawa ini tetap tidak kehilangan identitasnya.

Hal ini dapat dibuktikan dengan tetap bertahannya adat dan kebudayaan mulai dari pakaian adat hingga kuliner khasnya. Setidaknya ada 60 persen penduduk asli yang menghuni Provinsi Kalimantan Utara. Penduduk asli ini berasal dari berbagai suku seperti Suku Tidung, Suku Balungan, Suku Dayak dan Suku Kutai.

Suku Dayak merupakan suku asli yang mendiami daratan Borneo. Suku ini terbagi menjadi banyak sub suku. Suku Dayak Kenyah adalah sub Suku Dayak yang menjadi suku mayoritas di Kalimantan Utara. Ciri-ciri dari Suku Dayak Kenyah adalah tampilan fisiknya yang mirip keturunan Tionghoa. Pakaian adat yang digunakan oleh suku Dayak Kenyah bernama Ta’a dan Sapei Sapaq.

Sebagai baju adat yang digunakan oleh penduduk mayoritas, Ta’a dan Sapei Sapaq dikenal sebagai pakaian adat Kalimantan Utara walaupun juga diakui sebagai pakaian adat kalimantan Timur. Walaupun namanya sama, namun pakaian adat yang berasal dari kedua provinsi ini tetap memiliki perbedaan yang mencolok.

Pakaian adat Ta’a adalah pakaian adat yang dipakai oleh wanita dari Suku Dayak, sebaliknya Sapei Sapaq adalah pakaian adat yang dipakai oleh pria. Ta’a adalah pakaian adat yang terdiri dari busana atasan yang modelnya mirip rompi tanpa lengan dengan busana bawahan yang berbentuk rok yang warna dan motifnya senada.

Sedangkan Sapei Sapaq dari segi model dan motifnya mirip dengan Ta’a, tetapi pada bagian bawahan hanya berupa gulungan selendang yang dibentuk mirip dengan celana dalam.

Motif pakaian adat Ta’a maupun Sapei Sapaq di Kalimantan Utara umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu motif burung enggang, motif tumbuhan, dan motif harimau atau hewan lain. Pakaian adat yang berrmotif harimau dan burung enggang umumnya digunakan oleh bangsawan, sedangkan motif tumbuhan digunakan oleh rakyat jelata.